WITH OLD STORY: SEMAI V
DAN MAHATO MANDIAN
Signing Bonus atau signature bonus secara mudah dapat diartikan
sebagai sejumlah uang yang harus disetorkan oleh kontraktor migas pada saat
penandatanganna kontrak PSC di awal proyek (bonus tandatangan), dana ini akan
masuk ke Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nommor 12 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak.
Signing Bonus ini termasuk un-recoverable
cost dalam bisnis migas sehingga tak heran banyak kontraktor yang mbalelo
tidak mau membayar signing bonus ini, tentunya KESDM sudah punya mekanisme
untuk mencegah hal ini ya, salah satunya dengan mencabut izin eksplorasi para
kontraktor misalnya.
CERITA LAMA BLOK SEMAI V
Mengorek luka lama alkisah pada
Oktober 2008 diantara banyak peserta lelang Blok Semai V tersisalah 3 peserta lelang
dengan penawaran tertinggi yaitu Amerada Hess, Konsorsium Murphy Overseas-INPEX,
dan Konsorsium Pertamina dan Shell.
Hasil penilaian Tim Lelang
Wilayah Kerja Migas oleh KESDM disampaikan ke Kementerian Keuangan. Hasil
pembahasan selanjutnya menetapkan Amerada Hess, perusahaan minyak asal AS,
sebagai operator migas di Blok Semai V.
Pada hari penandatanganan kontrak,
Pertamina mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya menyesalkan keputusan
pemerintah yang tidak memenangkan BUMN migas ini. Padahal, menurut Pertamina,
pihaknya sudah memberikan total komitmen investasi yang jauh di atas Hess.
Menurut Pertamina total komitmen kerja untuk 3 (tiga tahun) pertama yang
diajukan adalah US$ 252,26 juta, jauh di atas komitmen investasi penawaran Hess
yang besarnya hanya US$ 143 juta. Memang diakui bahwa komitmen bonus
tandatangan yang diajukan Pertamina lebih kecil dibanding yang ditawarkan Hess,
yaitu US$ 15 juta berbanding US$ 40 juta. Namun perlu disadari bahwa bonus
tandatangan adalah dana yang berlaku satu kali diterima negara di awal proyek, (hmmm selisihnya
lumayan juga buat beli dawet, bisa buat berendem malah, wwkkwk)
Belakangan KESDM menyatakan bahwa
signing bonus bukanlah satu-satunya dasar pertimbangan memilih Hess (lha yang
bilang satu-satunya siapa ya!), tetapi dasarnya adalah penilaian atas
aspek-aspek teknis (tercermin pada proposal pengajuan tender dan tanya jawab),
keuangan (tercermin dalam laporan keuangan tentunya), dan kinerja (tercermin
dalam komitmen program eksplorati terutama di 3 tahun pertama). Yang bener
Pertamina atau KESDM ya, Wallahualam.
DONGENG BLOK MAHATO MANDIAN
Dibilang dongeng karena kejadiannya sudah luamma sekali tahun
1980an, kutulis disini karena menurutku ini masih nyambung dengan topik di atas
dan tentunya menarik untuk nambah
wawasan.
Konon di tahun 1980an dibukalah penawaran blok baru bernama Mahato Mandian yang terletak di Sumatera Tengah (tepatnya Riau), lebih tepatnya lagi berada di sebelah barat daya Blok Rokan yang dikelala Caltex yang terkenal berlimpah ruah minyaknya.
Wow bertetanggaan dengan Blok Rokan yang melimpah ruah minyaknya tentunya Blok Mahato Mandian juga diprediksi akan melimpah ruah juga minyaknya. Bahkan banyak orang yang berpendapat beserta teori geologinya tentunya bahwa Blok Mahato Mandian ini akan lebih dahsyat dibanding Blok Rokan karena secara letak geologis Blok Mahato Mandian dipersepsikan sebagai induknya lalu Blok Rokan adalah anaknya. Jika anaknya sudah subur begitu apalagi dengan induknya ya, demikian teorinya.
Maka Blok Mahato Mandian diperebutkan kala itu, diantara yang memperebutkan tersebutlah dua jagoan besar yang sangat diperhitungkan yaitu Caltex dan Conoco. Yang bikin geger bin gempar pada masa itu adalah Conoco yang demikian bernafsu memberikan bonus tanda tangan yang very fantastis US$60 juta (bandingkan dengan case-nya Semai V diatas yang nota bene terjadi tahun 2008), extremely WOW kan?
Dan dimulailah drama eksplorasi itu oleh Conoco dengan melakukan pengeboran di belasan titik, hasilnya saudara-saudara, ternyata kering semua. Maka dengan gigit jari pada tahun 1985 setelah 4 tahun eksplorasi blok Mahato Mandian dikembalikan ke negara.
Pointnya disini bukan masalah keserakahan ya (emangnya ini sesi ceramah, bukan tauuu) tapi adalah mengapa bisa terjadi disebelah blok yang subur minyaknya seperti Blok Rokan, mayoritas blok-blok disekitarnya malah kering minyak aka dry hole?
Masih berdasarkan ilmu geologi, katanya penyebab blok-blok diseberang Blok Rokan dry hole padahal hanya dipisahkan oleh sungai Rokan ternyata karena terdapatnya patahan besar yang mengakibatkan reservoir yang berada jauh didasar bumi terisi air yang menyebabkan lama kelamaan minyaknya hilang, (maaf ya para geolog sekaligus pembaca kalo penjelasanku agak kacau).
Ada dua teori geologi disini yaitu pertama pas awal sebelum eksplorasi: dikatakan akan banyak ditemukan minyak pada blok-blok disekitaran Blok Rokan dengan berbagai pertimbangannya, lalu teori kedua saat setelah eksplorasi tak menemukan minyak: dikatakan terdapat patahan besar di dasar bumi yang mengakibatkan blok-blok di sekitar Blok Rokan dry hole.
Oke disini aku yang awam mulai mempercayai teori yang banyak kudengar ketika gempa tsunami tahun 2004 dulu terjadi, bahwa fenomena alam yang terjadi didalam bumi amat sangat sulit diprediksi sebaliknya fenomena alam yang terjadi di atas bumi dapat dengan mudah diprediksikan bahkan hingga ke menit dan detiknya. O begitu ya!.
Oke disini aku yang awam mulai mempercayai teori yang banyak kudengar ketika gempa tsunami tahun 2004 dulu terjadi, bahwa fenomena alam yang terjadi didalam bumi amat sangat sulit diprediksi sebaliknya fenomena alam yang terjadi di atas bumi dapat dengan mudah diprediksikan bahkan hingga ke menit dan detiknya. O begitu ya!.
Source:
-Majalah Tambang
-Wikipedia
-Buku: “Menggugat Pengelolaan Sumber Daya Alam,
Menuju Negara Berdaulat” , Marwan Batubara
Ditulis pada pukul 1.30 dalam dingin yang menggigit, tetap dalam senyap yang makin indah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar