Selasa, 25 Maret 2014

INDONESIA TAK LAGI SEKSI DIMATA INVESTOR MIGAS ASING

Prolog
Sebelum ngobras serius saya ijin prolog dulu ya tentang topik yang enak-enak yang santai-santai yess tentang sebuah film yang belum lama ini saya tonton untuk kedua-kalinya. Romance drama berjudul CRAZY STUPID LOVE. Ada Emma Stone yang clever face ada Julianne Moore yang mother face lalu ada Ryan Gossling yang gantengnya amit-amit jabang bayi!

           Akting pemain yang bagus, cerita yang oke dan tidak monoton, romance drama dengan plot yang tidak umum dan exciting untuk ditonton (waduh sok-sokan gaya pengamat gini ya).  Sebuah kisah cinta segitiga, segiempat atau malah segilima yang layak tonton buat pasangan-pasangan lawas baik yang mulai jenuh dengan pasangannya ataupun yang tidak mulai jenuh dengan pasangannya oleh karena alasan apapun ..hayah ribet! 

         Agaknya ungkapan “dibalik seseorang yang sukses ada mantan yang menyesal” tepat sekali untuk menggambarkan beberapa penggal dari film ini. So, buat yang baru putus “buatlah mantan anda menyesal”. Atau kalau belum bisa membuat si mantan menyesal setidaknya anda harus bersemboyan bahwa “seperti layangan putus, begitu putus banyak yang mengejar”…whatever…he..he ..he!!!

Investor Migas Asing pergi dari Indonesia
Diberitakan oleh Harian Kontan bahwa diakhir 2013 dan memasuki awal tahun 2014 satu persatu investor migas asing memilih hengkang dari Indonesia. Banyak faktor yang mendasarinya yang pasti alasan utamanya karena Indonesia tak lagi seksi dimata mereka. Dimana letak tidak seksinya, setidaknya ada 5 alasan ketidakseksian ini, ini rangkumannya:

1.       Data geologis tentang potensi migas yang sudah diberikan Pemerintah Indonesia di suatu blok acap kali tak akurat.
2.       Izin migas yang berbelit
3.       Adanya pengenaan PBB di wilayah eksplorasi
4.       Aturan pengembalian biaya investasi (cost recovery) industry migas harus melalui auditor pemerintah sehingga pengembalian butuh waktu yang lama
5.       Minimnya kontraktor lokal yang bisa jadi pemenang dalam tender blok migas. Akibatnya lokal mencari partner asing dengan skema bagi hasil yang tak menguntungkan asing

Tulisan berkaitan dengan nomor 3 pernah saya tulis diSINI .


Beberapa Perusahaan Migas Asing Yang Hengkang dari Indonesia
Sumber: Kontan Kamis 13 Maret 2014

A.      Hess Corporation (AS)
1.       Pada Januari 2014: Hess resmi menjual 75% hak partisipasinya di Blok Ujung Pangkah ke PT Perusahaan Gas Negara (PGN) senilai US$ 650 juta
2.       Pada Desember 2013, Hess menjual 23% hak partisipasi di blok Natuna Sea A ke Pertamnian dan PTTEP dari Thailand
3.       Hess menjual 100% hak partisipasi di Blok Semai V dan 43% hak partisipasi di Blok Kofiau kepada Niko Resources Ltd, perusahaan asal Kanada. Penandatangann perjanjian jual beli dilakukan pada 30 Agustus 2013
4.       Hess masih memiliki 100% hak partisipasi di Timor Sea Block I, 49% di West Timor Block dan 100% di South Sesulu Block. Ketiga block tersebut juga akan dijual dan sedang dalam proses negosiasi dengan calon pembeli.
B.      Anadarko Petroleum Corporation (AS)
Pada 10 Desember 2012 Anadarko resmi menjual ke Pertamina 33,75% hak partisipasi di Blok Ambalat, 33,75% hak partisipasi Blok Bukat, dan 35% hak partisipasi Blok Nunukan
C.      Korean National Oil Corporation (Korea Selatan)
1.       Pada 16 Januari 2014 resmi menjual 8,91% hak partisipasinya di blok South East Sumatra (SES( ke PGN senilai US$46 juta
2.       Sejak 2003 BUMN migas asal Korea Selatan ini memutuskan untuk keluar dari bisnis migas di Indonesia
D.      Premier Oil (Inggris)
1.       Berencana menjual 41,66% hak partisipasi di Blok A di Aceh
2.       Premier menjadi operator di Blok Natuna Sea A dengan hak partisipasi sebesar 28,67%, dan Blok Tuna sebesar 65%

Mungkin penilaian tentang seksi atau tidak seksinya lagi Indonesia dimata investor migas asing akan lebih akurat jika disandingkan antara data investor migas asing yang keluar dengan data investor migas asing yang masuk dalam periode yang sama kecuali memang penilaian ditujukan untuk maksud yang lain…entahlah.

           Faktanya dalam bisnis migas jual beli blok atau pengalihan hak partisipasi pada suatu blok adalah hal biasa. Salah??? Ya enggak wong tidak ada aturan yang melarang kok. Trus kenapa….yaa maksudnya jangan mamandang terlalu berlebihan jika ada pengalihan blok yang berakhir dengan keluarnya investor migas asing. Justru ini harusnya dijadikan momen bagi investor lokal (Pertamina) untuk mengambil alih pengelolaan migas di blok-blok penting seperti di Malaysia yang Petronasnya kini mendunia karena kewenangan luas pengelolaan migas yang diberikan Pemerintahnya.
               


Source: -Harian Bisnis dan Investasi KONTAN
             -Sumber lain
               




Dimenjelang pagi ditengah samar-samar suara Maroon Five !!!!

7 komentar:

  1. saya mau tanya, bisa sepintar mbak aan, caranya piye

    BalasHapus
  2. He he he komentar yg memabukkan, sayangnya segala hal yg bikin mabuk tak baek dikonsumsi! Enjoyyy

    BalasHapus
  3. sangat inspiratif, saya tertarik dengan topik ini, perkenalkan saya Lufi, mahasiswa tingkat akhir UNPAD, kebetulan saya juga sedang membuat skripsi mengenai pengaruh pbb dan investasi migas, kalau berkenan mbak bisa bantu, saya sangat berterima kasih..

    BalasHapus
  4. kalau begitu mbak, boleh saya minta email mbak?

    BalasHapus
  5. sangat informatif ...kebetulan sy lagi butuh data ini ...trims

    BalasHapus